-->

Rabu, 18 April 2018

Kisah Perahu Nabi Nuh


Setelah menerima perintah dari Allah untuk membuat perahu, Nabi Nuh segera mengumpulkan para pengikutnya. Nabi Nuh memimpin mereka agar mengumpulkan bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan perahu. Untuk tempat pembuatan perahu, Nabi Nuh mencari tempat di luar kota. Nabi Nuh tidak ingin pekerjaannya terganggu sehingga mencari tempat yang jauh dari keramaian. 

Setelah mendapatkan tempat yang cocok, Nabi Nuh dan para pengikutnya mulai membuat perahu.
Nuh dan para pengikutnya bekerja dengan keras. Siang dan malam mereka bahu membahu membuat sebuah perahu yang besar. Teriknya sinar matahari yang membakar kulit tidak mereka pedulikan. Dinginnya angin malam padang pasir tidak membuat mereka merana. Semangat yang kuat terpancar dari diri Nabi Nuh dan para pengikutnya.

Walaupun Nabi Nuh telah mendapatkan tempat yang terpencil, tetap saja kaumnya yang keras kepala itu mengetahui kegiatan Nabi Nuh. Mereka datang dengan mengejek dan mengolokolok pekerjaan Nabi Nuh.

"Wahai, Nuh! Bukankah menurut pengakuanmu, engkau seorang nabi atau rasul? Mengapa sekarang engkau menjadi tukang kayu dan membuat perahu?"

Nabi Nuh tidak mengindahkan ejekan mereka. Melihat Nabi Nuh tidak bereaksi, kaumnya semakin bersemangat mengejek.

"Kamu pasti sudah gila membuat perahu di tempat yang jauh dari air," ucap salah seorang kaumnya.

“Hahaha... aku tahu perahu yang engkau buat itu pasti untuk ditarik kerbau" ucap kaumnya yang lain.
Nabi Nuh menanggapi ejekan mereka dengan sikap dingin. 

Lalu Nabi Nuh berkata, "Baiklah, tunggu saja saatnya, jika kamu sekarang mengejek dan mengolok-olok kami, maka akan tibalah kesempatan kelak bagi kami untuk mengejek kalian. Kalian akan tahu alasan aku membuat perahu ini. Tunggulah saat azab dan hukuman Allah menimpa kalian."

Setelah pekerjaan pembuatan perahu selesai, Nabi Nuh mendapat wahyu dari Allah,
"Siap-siaplah engkau dengan perahumu, bila tiba perintah-Ku dan terlihat tanda-tanda dari-Ku, segeralah angkut para pengikutmu ke dalam perahu, orang-orang yang telah beriman dari kaummu dan kerabatmu dan bawalah serta binatang di muka Bumi ini dengan berpasang-pasangan. Berlayarlah dengan seizin-Ku."

Setelah Allah berfirman, Nabi Nuh segera mengumpulkan para pengikutnya. Dia mengumpulkan berbagai macam binatang untuk dibawa ke dalam perahu.

Saat itu, langit tampak cerah. Matahari bersinar terang. Para pengikut Nabi Nuh masuk ke dalam kapal diikuti dengan ratusan binatang. Kaumnya yang durhaka menertawakan Nuh dan para pengikutnya. Mereka menganggap pemandangan itu tampak sangat konyol. Untuk yang terakhir kalinya, Nabi Nuh mencoba memperingatkan mereka. Namun, mereka tetap keras kepala.

Di dalam kapal, Nabi Nuh dan para pengikutnya sudah mempersiapkan bekal yang banyak. Mereka tidak tahu kapan turunnya banjir. Mereka juga tidak tahu kapan surutnya air. Setelah mereka aman di dalam kapal, hujan deras mulai turun.


Hujan turun selama empat puluh hari empat puluh malam. Air yang deras tercurah dari langit dan memancar dari bumi. Dalam sekejap, semua daratan telah tertutup air. Sungai-sungai meluap membanjiri daerah pemukiman dan pertanian. Badai begitu menakutkan. Langit menghitam. Yang ada hanya kegelapan.

Air laut yang ganas naik semakin tinggi menenggelamkan puncak-puncak gunung. Semua makhluk hidup yang ada di luar perahu Nabi Nuh tenggelam ditelan banjir.


Dengan iringan doa, berlayarlah perahu Nabi Nuh menyusuri lautan menentang angin dan badai. Tampak orang-orang kafir berlarian menyelamatkan diri dari banjir. Nabi Nuh naik ke atas geladak kapal untuk memperhatikan cuaca dan melihat orang kafir yang sedang tenggelam. Saat itu, dia melihat putra sulungnya yang bernama Karaan sedang berusaha menyelamatkan diri dari amukan air. Badannya timbul tenggelam di atas permukaan air.

Pada saat itu, muncul kasih sayangnya melihat putranya dalam bahaya. Nabi Nuh berteriak memanggil putranya, "Wahai anakku, kemari dan bergabunglah denganku dan keluargamu. Bertobatlah engkau dan berimanlah kepada Allah agar engkau selamat dan terhindar dari bahaya maut. Janganlah engkau mengikuti orang-orang kafir."

Namun Karhan tidak mau mengikuti ajakan Nabi Nuh. Dia yakin, dia akan selamat tanpa bantuan Nabi Nuh.
"Percayalah, tempat satu-satunya yang dapat menyelamatkan engkau adalah naik ke perahu ini. Saat ini, tidak akan ada yang dapat menyelamatkan diri dari siksa Allah, kecuali orang-orang yang mendapatkan rahmat dan ampunanNya!" Seru Nabi Nuh.

Begitu selesai Nabi Nuh mengucapkan kata-katanya, tenggelamlah Karaan diterjang gelombang yang ganas. Tubuhnya menghilang dari pandangan
ayahnya. Badannya tenggelam ke dasar lautan mengikuti kawan-kawannya dan pembesar-pembesar kaumnya yang durhaka kepada Allah.

Nabi Nuh sedih melihat putranya mati dalam kekafiran. Kemudian, dia mengeluh kepada Allah, “Ya Tuhanku, sesungguhnya putraku itu adalah darah dagingku. Dia juga bagian dari keluargaku dan sesungguhnya janji-Mu adalah janji yang benar dan Engkaulah Hakim yang Maha Berkuasa?'

Kemudian Allah berfirman, "Wahai Nuh, sesungguhnya dia itu putramu, tetapi tidaklah termasuk dalam keluargamu karena ia telah menyimpang dari ajaranmu, melanggar perintahmu, menolak dakwahmu, dan mengikuti jejak orang-orang kafir daripada kaummu. Coretlah namanya dari daftar keluargamu, hanya mereka yang telah menerima dakwahmu, mengikuti jalanmu, dan beriman kepada-Ku dapat engkau masukkan ke dalam golongan keluargamu yang telah Aku janjikan perlindungannya dan terjamin keselamatan jiwanya. Adapun orang-orang yang yang telah mengingkarimu, mendustakan dakwahmu, dan tetap mengikuti hawa nafsunya pastilah akan mendapat hukuman yang telah Aku tentukan. Janganlah engkau sekali-kali menyatakan tentang sesuatu yang engkau belum mengetahuinya. Aku ingatkan janganlah engkau sampai masuk ke dalam golongan orang-orang yang bodoh."



Nabi Nuh baru sadar setelah mendapat teguran Allah. Kasih sayang kepada putranya telah membuatnya lupa pada janji dan ancaman Allah terhadap orang kafir, termasuk putranya. Cinta kasih yang sesungguhnya hanya kepada Allah. Cinta kepada Allah harus melebihi cinta kepada apa pun.

Nabi Nuh menyesali kelalaiannya. Dia pun menghadap Allah dan memohon ampunan-Nya. Nabi Nuh berseru, "Ya Tuhanku, aku berlindung kepada-Mu dari godaan Setan. Ya Allah, ampunilah kelalaian dan kekhilafanku sampai-sampai aku menanyakan sesuatu yang aku tidak mengetahuinya. Ya Tuhanku, bila Engkau tidak memberi ampunan serta menurunkan rahmat bagiku, niscaya aku menjadi orang yang rugi."

Setelah air bah itu mencapai puncak keganasannya, lalu semua kaum Nuh yang zalim binasa sesuai dengan kehendak Allah, maka surutlah air lautan diserap bumi. Kemudian, perahu Nabi Nuh berlabuh di Bukit Juud.

Lalu Allah menyuruh Nabi Nuh dan para pengikutnya untuk turun di sana. Allah berfirman, “Hai Nuh, turunlah dengan selamat. Kalian orang-orang yang beriman kepada-Ku akan dilimpahi berkah-Ku”.

Nabi Nuh dan pengikutnya mulai menjalani kehidupan baru yang diberkahi Allah Sedikit demi sedikit, manusia kembali memenuhi bumi.

Sumber: The Best Stories of Quran



 
Sponsored Links